Rabu, 23 Januari 2013
- 17.16
- Unknown
- No comments
Melestarikan Tradisi Maulid Nabi Muhammad Saw di Bumi Pertiwi
Semarak mauled
Nabi Muhammad Saw setiap tahun di rayakan oleh jutaan manusia di
belahan dunia Islam, seperti; India, Pakistan, Jazirah Arab, Afrika,
Eropa, sampai Asia. Dari sekian banyak Negara, Arab Saudi salah satu
negara yang terang-terangan menentang perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Penolakan itu sangat ber-alasan, karena menurut ulama Saudi (wahabi)
Nabi Saw tidak pernah merayakan, dan tidak pernah pula menganjurkan. Dan
barang siapa melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan Nabi Saw,
maka sama dengan merintis tradisi bid’ah (mengada-ngada dalam
urusan agama). Nabi Saw sendiri mewanti-wanti di dalam sebuah hadis yang
artinya:’’ barang siapa mengada-ngada di dalam urusanku ini (urusan
agama/ ibadah), hal itu tidak akan diterima’’.
Kendati melarang perayaan Maulid Nabi Saw dengan segenap kemampuan
yang dimilikinya, tetap saja masih banyak penduduk Arab Saudi yang setia
merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw di rumah-rumah, dan di tempat-tempat
khusus. Sebab, merayakan Nabi Saw merupakan bentuk apresiasi dan
penghargaan tertinggi kepada Rosulullah Saw. Larangan memperingati
perayaan Maulid Nabi Saw saat ini sudah memasuki area republic Indonesia
melalui lisan sarjana-sarjana lulusan Arab Saudi yang menyebar
keseluruh pelosok nusantara, serta tulisan-tulisan terjemahan yang di
bagikan kepada jamaah haji Indonesia.
Memang benar jika larangan merayakan Maulid Nabi Saw di Arab Saudi.
Jika ditinjau dari sudut pandang politik, Negara Arab Saudi itu khawatir
bahwa perayaan Maulid Nabi Saw akan memberikan dampak kurang baik
terhadap pemerintah. Apalagi, moment perayaan Maulid Nabi Saw
melibatkan semua lapisan masyarakat, hal ini bisa menjadi ajang kritik
dan politik terhadap kinerja pemerintah. Sebab, jika sampai terjadi,
maka akan membahayakan masa depan kerajaan. Wajar, jika kemudian
pemerintah Arab Saudi sepakat dengan ulama-ulama wahabi yang melarang
secara keras terhadap perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Tidak
tanggung-tanggung, bahwa merayakan Maulid Nabi Saw itu hukumnya bid’ah,
dan tempat yang paling layak bagi pelaku bid’ah adalah neraka.
Secara umum, perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw tidak apa-apa dilakuan
kapan saja. Akan lebih mengena, jika perayaan itu dilakukan tepat pada
bulan Rabiul Awak, karena Nabi Saw dilahirkan pada bulan tersebut. Nabi
Muhammad Saw, pernah ditanya oleh para sahabat periahal puasa hari
Senin. Ya Rosulullah….!Kenapa engkau berpuasa pada hari Senin? Nabi Saw
menjawab dengan singkat nan bijaksana:’’karena hari itu aku dilahirkan’’.
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa merayakan kelahiran Nabi Muhammad
Saw, tidak apa-apa. Sebab, Nabi Saw sendiri merayakan kelahirannya
dengan berpuasa sunnah Senin. Sebagian lagi melarang, karena itu
bersifat khusus bagi Nabi Muhammad Saw.
Nabi Muhammad Saw adalah teladan sejati, apa yang
dilakukan merupakan sunnah Nabi yang artinya mendapat pahala, dan tidak
berdosa bagi yang meninggalkannya. Prof. Dr. Muhammad Alawi Al-Maliki
berpendapat bahwa merayakan perayaan Maulid Nabi Muhammad itu merupakan perkara Ijtihadiyah.
Artinya, merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw tidak harus pada bulan
Rabiul Awwal yang bertepatan dengan hari Senin. Beliau juga mencontohkan
bagaimana merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw setiap saat dan waktu
dengan bersedekah dan memberi makan kepada orang lain. Ketika
merayakan, Dr. Muhammad Alawi Al-Maliki, sambil melantunkan syair-syair
indah seputar perjuangan beliau di dalam membela islam dan bagaimana
metode dakwan Rosulullah Saw.
Indonesia salah satu dari Negara islam terbesar yang paling suka
merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw. Ketika memasuk bulan Rabiul Awwal,
musolla-musollah, masjid, serta masjis ta’lim berlomba-lomba merayakan
Maulid Nabi Saw. Kemasanya beragam, seperti; mendatangkan Ustad, Kyai
untuk berceramah seputar kelahiran Nabi Muhammad Saw, serta perjuangan
beliau di dalam menegakkan agama Allah Swt. Tradisi membaca berjanji
benar-benar mampu membangkitkan kaum muslimin, seolah-olah mampu
menghadirkan Nabi Muhammad Saw di bumi pertiwi. Ketika Bulan Maulid Nabi
Saw, seolah-olah Nabi Muhammad Saw menyempatkan diri telah berkunjung
ke Indonesia, dari satu masjid ke Masjid lain. Nabi Saw merindukan
umatnya yang berlomba-lomba menyambut kelahirannya. Nabi Saw pernah
mengatakan:’’ beruntung sekali bagi orang yang tidak pernah melihatku, tetapi beriman kepadaku (HR Ahmad).
Nabi Saw akan sangat bangga ketika melihat umatnya membanggakan
dirinya dan menyambut kelahirnnya. Akan semakin bangga, jika umatnya
yang tinggal di seluruh pelosok nusantara meneladaninya dalam semua
aspek kehidupannya. Nabi Saw sangat mencintai pengikutnya saling
mencintai karena Allah Swt, saling mengerti satu dengan yang lain,
saling besilaturahmi, serta rajin sholat berjamaah. Nabi Saw pernah
menuturkan:’’ janganlah kalian saling membenci, saling hasud, serta saling mengintai, tetapi jadilah kalian orang yang saling bersaudara’’. Dan, kemasan Maulid Nabi Saw di negeri ini mencerminkan betapa kuat dan kokoh persaudaraan umat islam di bumi pertiwi ini.
Sesungguhnya, merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw dengan meneladani
seluruh aspek kehidupanya merupakan salah satu usaha menghidupkan Nabi
Muhammad Saw di bumi pertiwi. Akan semakin terasa, jika perayaan Maulid
Nabi Muhammad Saw itu kemudian mampu menjadikan nilai-nilai dan sifat
Nabi Saw, seperti; Jujur, Adil, Amanah, Fatanah, mampu di aplikasikan
oleh segenap lapisan masyarakat muslim Indonesia, mulai dari Pejabat
(PNS), penggusaha kecil dan besar, dosen dan dokter, serta buruh dan
petani di mana saja berada. Jika ini terjadi, maka Indonesia akan
menjadi Negara makmur karena berkah dari kunungan Nabi Saw melalui
untain kisah, syair, serta ayat-ayat suci al-Qur’an.
Bulan ini manusia paling sempurna dilahirkan, tepatnya pada hari
Senin, 9 Rabiul Awwal atau 20 April, 571 M, di Makkah al-Mukarramah.[1]
Malam-malam Rabiul Awal, merupakan malam yang paling indah nan
menyenangkan bagi pencita perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Sebab,
malam-malam itu Rosulullah Saw turut hadir di dalam perayaan tersebut
melalui lantunan syair-syair indah, dan ceramah seputar kepribadian Nabi
Saw yang agung dan Indah. Manakala bacaan sholawat atas Nabi Muhammad
Saw yang di alunkan secara berjamaah dengan penuh kekhusukan, serta dari
sanubari yang paling dalam, aka mampu menghadirkan kehadiran Nabi
Muhammad Saw, karena setiap sholat yang terucap Nabi Muhammad Saw akan
langsung menjawabnya. Allahummma Solli Ala Sayyidina Muhamma (اللهم صل
على سيدنا محمد )
- 17.01
- Unknown
- No comments
Bagi umat Islam, sosok Nabi Muhammad SAW merupakan sebaik-baik suri
tauladan. Maka, fokus utama bukti kecintaan umat Islam semestinya pada akhlakul karimah atau kebaikan tata krama Nabi.
Demikian disampaikan KH Yusuf Chudlori, pengasuh Ponpes Asrama
Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Sabtu (28/1) malam.
Gus Yusuf – sapaan akrabnya- menyampaikan itu saat Peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW di Tamansari, Karanglewas.
“Diutusnya Nabi juga sudah jelas, untuk menyempurnakan akhlak. Innama bu’itstu liutammima makarima al akhlaq ,” kata Gus Yusuf.
Secara garis besar, kata Gus Yusuf ada akhlak dengan Allah SWT,
sesama dan alam semesta. Momentum peringatan Maulid Nabi, lanjutnya,
sudah semestinya menjadi ajang koreksi dan refleksi umat muslim kembali
mengenal Nabi Muhammad SAW.
“Kalau kita mendengar kumandang adzan, dipanggil Allah SWT tetapi
tidak bersegera mendirikan salat, berarti akhlak kita dengan Allah tidak
baik,” katanya mencontohkan.
Meniru Arab
Dalam hubungan dengan sesama, Gus Yusuf menyoroti maraknya adopsi
budaya arab yang dilakukan sebagian orang. Seperti mengenakan jubah,
atau menyapa sesama dengan istilah Arab.
“Kalau pakai jubah tetapi anarkis, senang menjelekkan orang lain,
menggunakan kata-kata kotor, memfitnah orang lain, itu bukan Nabi tetapi
Abu Jahal,” kata Gus Yusuf.
Gus Yusuf khawatir umat Islam, meniru hanya pada pakaian, atau
perkataan tidak pada akhlak. “Yang harus diteladani itu akhlak Nabi
Muhammad, bukan pakaian atau perkataannya saja. Buat apa memanggil Abi-Ummi (ayah-ibu dengan bahasa Arab), kalau mengabaikan birrul walidain berbakti pada orang tua,” katanya lagi.
Ustadz Ajid Kamaludin, pengasuh Majlis Mujahadah Nihadhul
Mustaghfirin, Tamansari, menyebut Maulid Nabi dirangkai dengan Harlah
majelis mujahadah yang ke-2.
“Alhamdulillah, kegiatan mujahadah sudah berjalan selama dua tahun.
Kami juga mohon tambahan doa kepada Gus Yusuf, agar kegiatan ini tetap
lestari,” katanya. (Rujito)
Langganan:
Postingan (Atom)