Bagi umat Islam, sosok Nabi Muhammad SAW merupakan sebaik-baik suri
tauladan. Maka, fokus utama bukti kecintaan umat Islam semestinya pada akhlakul karimah atau kebaikan tata krama Nabi.
Demikian disampaikan KH Yusuf Chudlori, pengasuh Ponpes Asrama
Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Sabtu (28/1) malam.
Gus Yusuf – sapaan akrabnya- menyampaikan itu saat Peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW di Tamansari, Karanglewas.
“Diutusnya Nabi juga sudah jelas, untuk menyempurnakan akhlak. Innama bu’itstu liutammima makarima al akhlaq ,” kata Gus Yusuf.
Secara garis besar, kata Gus Yusuf ada akhlak dengan Allah SWT,
sesama dan alam semesta. Momentum peringatan Maulid Nabi, lanjutnya,
sudah semestinya menjadi ajang koreksi dan refleksi umat muslim kembali
mengenal Nabi Muhammad SAW.
“Kalau kita mendengar kumandang adzan, dipanggil Allah SWT tetapi
tidak bersegera mendirikan salat, berarti akhlak kita dengan Allah tidak
baik,” katanya mencontohkan.
Meniru Arab
Dalam hubungan dengan sesama, Gus Yusuf menyoroti maraknya adopsi
budaya arab yang dilakukan sebagian orang. Seperti mengenakan jubah,
atau menyapa sesama dengan istilah Arab.
“Kalau pakai jubah tetapi anarkis, senang menjelekkan orang lain,
menggunakan kata-kata kotor, memfitnah orang lain, itu bukan Nabi tetapi
Abu Jahal,” kata Gus Yusuf.
Gus Yusuf khawatir umat Islam, meniru hanya pada pakaian, atau
perkataan tidak pada akhlak. “Yang harus diteladani itu akhlak Nabi
Muhammad, bukan pakaian atau perkataannya saja. Buat apa memanggil Abi-Ummi (ayah-ibu dengan bahasa Arab), kalau mengabaikan birrul walidain berbakti pada orang tua,” katanya lagi.
Ustadz Ajid Kamaludin, pengasuh Majlis Mujahadah Nihadhul
Mustaghfirin, Tamansari, menyebut Maulid Nabi dirangkai dengan Harlah
majelis mujahadah yang ke-2.
“Alhamdulillah, kegiatan mujahadah sudah berjalan selama dua tahun.
Kami juga mohon tambahan doa kepada Gus Yusuf, agar kegiatan ini tetap
lestari,” katanya. (Rujito)
0 komentar:
Posting Komentar